(Acara OSIS SMA Santa Maria Surabaya)
Surabaya - Sebanyak 196 pelajar SMP Santa Maria dari tiga kota yakni
Surabaya, Sidoarjo dan Malang meramaikan kegiatan Sanmar Fiesta berupa
lomba antar-SMP yang digelar di SMA Santa Maria Surabaya, Jalan Raya
Darmo, Kamis.
Koordinator Sanmar Fiesta Rudy Prasetya
mengatakan kegiatan ini merupakan pengenalan sekolah SMA Santa Maria
Surabaya kepada calon lulusan SMP Santa Maria yang ada di tiga kota.
"Ini baru pertama kali digelar. Rencananya tiap tahun nanti akan digelar," katanya.
Menurut dia, ada tiga lomba yang digelar dalam kegiatan tersebut yakni
lomba debat, fisika dan bahasa Inggris. "Untuk lomba Bahasa Inggris ini
berupa permainan (game)," ujarnya.
Tujuan dari kegiatan ini
adalah sebagai ajang membudayakan siswa siswi berkompetisi, menjalin
persahabatan dengan sesama SMP mitra.
"Untuk kali ini kegiatan diikuti oleh 20 sekolah dengan peserta sekitar 196 siswa," katanya.
Sebetulnya, lanjut dia, masih ada beberapa peserta yang mau ikut, namun
panitia membatasinya. "Ada lima sekolah yang kita tolak," katanya.
Rudy mengatakan kegiatan ini mendapat sambutan baik dikalangan sekolah-sekolah Santa Maria di Surabaya, Malang, Sidoarjo.
"Kami tidak menyangka jika ini mendapat sambutan luar biasa dari
mereka. Kami berencana ini menjadi kegiatan rutin di sini," ujar guru
bahasa Indonesia di SMA Santa Maria. (*)
Santa Maria SBY
Rabu, 31 Oktober 2012
PROFIL GURU
1. Maria Kristina – Guru Agama (7,8,9)
2. Martinus Eko – Guru PKn (7,8,9)
3. Ignatius Heri Kristiono – Guru Matematika (7)
4. Yohannes Agung – Guru Matematika (8)
5. Martha Sawitri – Guru Matematika (9)
6. Niken Pusporini – Guru Elektro (7,8,9)
7. Kristina – Guru Tabog – Tabus (7,8,9)
8. Tantik – Guru Tabog (7)
9. Itah – Guru Bahasa Indonesia (7)
10. Ignatius Suhari – Guru Bahasa Indonesia (8)
11. Bernadetha T. Meno – Guru Bahasa Indonesia (9)
12. Suriya Atmaja – Guru Komputer (7,8,9)
13. Atik Dyah – Guru Fisika (7,9)
14. Diana – Guru Fisika (8,9)
15. Vincent – Guru O.R (7,8,9)
16. Ratna Dewi – Guru O.R (7,8,9)
17. Wicaksono – Guru Karawitan (7,8,9)
18. Maria Darmadjani – Guru Tari (7,8,9)
19. Andre, Evelyn, Dino – Tata usaha
20. Lucia Dewinusantara - Guru Biologi (7)
21. Margaretha Sri Rahayu - Guru Biologi (8,9)
22. Nunik Dwi H. – B.K
23. Benediktus Kusdinarto – B.K
24. Agusta – B.K
25. Yakobus Weruin – Guru Musik (7,8,9)
26. Ken Mahyharani – Guru Bahasa Inggris (8,9)
27. Dinda – Guru Bahasa Inggris (7)
2. Martinus Eko – Guru PKn (7,8,9)
3. Ignatius Heri Kristiono – Guru Matematika (7)
4. Yohannes Agung – Guru Matematika (8)
5. Martha Sawitri – Guru Matematika (9)
6. Niken Pusporini – Guru Elektro (7,8,9)
7. Kristina – Guru Tabog – Tabus (7,8,9)
8. Tantik – Guru Tabog (7)
9. Itah – Guru Bahasa Indonesia (7)
10. Ignatius Suhari – Guru Bahasa Indonesia (8)
11. Bernadetha T. Meno – Guru Bahasa Indonesia (9)
12. Suriya Atmaja – Guru Komputer (7,8,9)
13. Atik Dyah – Guru Fisika (7,9)
14. Diana – Guru Fisika (8,9)
15. Vincent – Guru O.R (7,8,9)
16. Ratna Dewi – Guru O.R (7,8,9)
17. Wicaksono – Guru Karawitan (7,8,9)
18. Maria Darmadjani – Guru Tari (7,8,9)
19. Andre, Evelyn, Dino – Tata usaha
20. Lucia Dewinusantara - Guru Biologi (7)
21. Margaretha Sri Rahayu - Guru Biologi (8,9)
22. Nunik Dwi H. – B.K
23. Benediktus Kusdinarto – B.K
24. Agusta – B.K
25. Yakobus Weruin – Guru Musik (7,8,9)
26. Ken Mahyharani – Guru Bahasa Inggris (8,9)
27. Dinda – Guru Bahasa Inggris (7)
BERKAT KERONCONG, SANMAR BERJAYA
Kota Surabaya, yang dulu dikenal sebagai pabrik musisi keroncong, saat
ini pun sulit menemukan orkes keroncong. Ada sih bapak-bapak dan
ibu-ibu yang tetap main keroncong, tapi hampir semuanya berusia lanjut,
di atas 60 tahun. Itu pun sekadar klangenan, sama sekali tidak mampu
memberikan pendapatan kepada para musisi.
Maka, sejak lama saya memperkirakan, keroncong akan habis pada 10 tahun mendatang kalau tidak ada upaya regenerasi atau revitalisasi. Dan itu berarti kita, bangsa Indonesia, kehilangan sebuah genre musik yang mengalir, tenang, legato, dengan perpaduan harmoni Barat dan Timur itu.
Syukurlah, di Surabaya ini ada SMP Santa Maria. Sekolah Katolik milik suster-suster Ursulin ini ternyata ikut prihatin dengan kondisi keroncong yang sekarat. Boleh sekarat, tapi jangan sampai mati! Sekolah Santa Maria justru mengajarkan keroncong dalam kurikulum sekolah itu. Mereka juga bikin konser, mengundang para buaya keroncong, dan terus mengasah wawasan para pelajar.
Kusdinarto, guru SMP Santa Maria, mengatakan bahwa satu-satunya cara sekolah menyelamatkan musik keroncong adalah memasukkan keroncong ke dalam kurikulum sekolah sejak 2008. Ini agar para siswa terbiasa mendengarkan dan memainkan musik keroncong. Dus, anak muda punya alternatif musik selain industri pop yang terus menggelontor musik pop, dangdut, rock, disco, R&B, dan sebagainya.
“Selama ini musik keroncong hanya dinikmati oleh orang tua,” kata Pak Kus.
Menurut dia, SMP Santa Maria sangat serius mempelajari musik keroncong yang disebut-sebut sebagai salah satu aset budaya bangsa Indonesia. Siswa-siswa dibimbing oleh guru seni musik. “Kami juga mendatangkan ahli-ahli keroncong,” kata Pak Kus.
Persoalannya memang tidak sederhana. Kenapa? Di Surabaya ini ada ratusan, bahkan ribuan, guru musik klasik--apalagi pop dan dangdut yang tidak perlu guru--sementara guru keroncong sangat-sangat sedikit. Padahal, orkes keroncong itu harus ada sedikitnya tujuh macam alat musik seperti flute, biola, cak, cuk, cello, gitar, bas.
Teknik vokal keroncong yang pakai cengkok khas--dan ini lebih mudah dikuasai orang Jawa ketimbang luar Jawa seperti Flores atau Batak--pun tidak mudah diajarkan. Tapi bagaimanapun juga kerja keras Santa Maria ini layak diapresiasi.
sumber: http://hurek.blogspot.com/2009/02/keroncong-di-santa-maria.html
Maka, sejak lama saya memperkirakan, keroncong akan habis pada 10 tahun mendatang kalau tidak ada upaya regenerasi atau revitalisasi. Dan itu berarti kita, bangsa Indonesia, kehilangan sebuah genre musik yang mengalir, tenang, legato, dengan perpaduan harmoni Barat dan Timur itu.
Syukurlah, di Surabaya ini ada SMP Santa Maria. Sekolah Katolik milik suster-suster Ursulin ini ternyata ikut prihatin dengan kondisi keroncong yang sekarat. Boleh sekarat, tapi jangan sampai mati! Sekolah Santa Maria justru mengajarkan keroncong dalam kurikulum sekolah itu. Mereka juga bikin konser, mengundang para buaya keroncong, dan terus mengasah wawasan para pelajar.
Kusdinarto, guru SMP Santa Maria, mengatakan bahwa satu-satunya cara sekolah menyelamatkan musik keroncong adalah memasukkan keroncong ke dalam kurikulum sekolah sejak 2008. Ini agar para siswa terbiasa mendengarkan dan memainkan musik keroncong. Dus, anak muda punya alternatif musik selain industri pop yang terus menggelontor musik pop, dangdut, rock, disco, R&B, dan sebagainya.
“Selama ini musik keroncong hanya dinikmati oleh orang tua,” kata Pak Kus.
Menurut dia, SMP Santa Maria sangat serius mempelajari musik keroncong yang disebut-sebut sebagai salah satu aset budaya bangsa Indonesia. Siswa-siswa dibimbing oleh guru seni musik. “Kami juga mendatangkan ahli-ahli keroncong,” kata Pak Kus.
Persoalannya memang tidak sederhana. Kenapa? Di Surabaya ini ada ratusan, bahkan ribuan, guru musik klasik--apalagi pop dan dangdut yang tidak perlu guru--sementara guru keroncong sangat-sangat sedikit. Padahal, orkes keroncong itu harus ada sedikitnya tujuh macam alat musik seperti flute, biola, cak, cuk, cello, gitar, bas.
Teknik vokal keroncong yang pakai cengkok khas--dan ini lebih mudah dikuasai orang Jawa ketimbang luar Jawa seperti Flores atau Batak--pun tidak mudah diajarkan. Tapi bagaimanapun juga kerja keras Santa Maria ini layak diapresiasi.
sumber: http://hurek.blogspot.com/2009/02/keroncong-di-santa-maria.html
FASILITAS yang DISEDIAKAN
1. Kelas ber AC
2. Peralatan pembelajaran Multimedia
3. Laboratorium Bahasa,
4. Fisika, Biologi, Komputer
5. Bengkel Seni
6. Ruang Keterampilan Tata
7. Busana & Tata Boga
8. Ruang Keterampilan Elektronika
9. Ruang Konseling
10. Ruang/Sanggar Tari
11. Ruang & peralatan Karawitan
12. Studio Musik (Alat band,Orkestra, Keroncong)
13. Ruang Doa dan Pengumuman
14. Sarana olah raga in door maupun out door
15. Kantin untuk Siswa
16. Koperasi Siswa
17. Tempat belajar diluar kelas dengan Free Wifi
18. Aula, UKS, Perpustakaan
2. Peralatan pembelajaran Multimedia
3. Laboratorium Bahasa,
4. Fisika, Biologi, Komputer
5. Bengkel Seni
6. Ruang Keterampilan Tata
7. Busana & Tata Boga
8. Ruang Keterampilan Elektronika
9. Ruang Konseling
10. Ruang/Sanggar Tari
11. Ruang & peralatan Karawitan
12. Studio Musik (Alat band,Orkestra, Keroncong)
13. Ruang Doa dan Pengumuman
14. Sarana olah raga in door maupun out door
15. Kantin untuk Siswa
16. Koperasi Siswa
17. Tempat belajar diluar kelas dengan Free Wifi
18. Aula, UKS, Perpustakaan
VISI dan MISI
Visi
Komunitas pembelajar yang kritis, kreatif, d`n inovatif dalam mengintegrasikan ilmu, iman, dan nilai-nilai kemanusiaan seturut semangat Santa Angela.
Misi
- Sebagai penerus semangat Santa Angela, sekolah Ursulin mengembangkan setiap pribadi agar dapat mengintegrasikan ilmu, iman, dan nilai-nilai kemanusiaan untuk menjawab tantangan zaman dan mewujudnyatakan SERVIAM dalam kehidupan sehari-hari.
- Sebagai lembaga pendidikan yang berkualitas dan terpadu, sekolah Ursulin menyiapkan peserta didik ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
- Sebagai komunitas pembelajar, sekolah Ursulin mengembangkan potensi akademik dan keterampilan (lifeskills) secara kritis, kreatif, dan inovatif dengan memanfaatkan IPTEK untuk mengikuti perkembangan global.
- Menumbuhkembangkan kecintaan pada budaya, bangsa, dan tanah air melalui penghargaan kepada pluralitas budaya, agama, dan membangun kepedulian kepada sesama dan alam ciptaan.
- Meningkatkan kerjasama dengan sekolah-sekolah Ursulin di Indonesia dan di Asia Pasifik.
Langganan:
Postingan (Atom)